“pagi kak…” sapaku, sora mizuki atau yg lebih sering di kenal sora atau
mizu.
“pagi… sarapan dulu gih!”
perintah kakakku, Yuri mizuki (yui)
“ibu mana kak?” tanyaku
sambil mengambil roti tawar dan selai coklat di meja.
“ya kerja lah… emangnya
mau kemana?” jawab kak yui jutek.
“hih… biasa aja kali” seruku
sambil memakai sepatu rodaku “yuri mizuki… sora mizuki mau berangkat ke sekolah
dulu ya… bye… bye…”
Kak yui hanya mendengus kesal
mendengar aku mengucapkan.
Di SMA Aika
‘Mira’ seruku membatin
saat melihat sosok karibku di depan gerbang sekolah. Mira melambaikan tangan
padaku, dan ku balas.
“Ayo, cepat!” ajak Mira.
Aku mengagguk menandakan setuju.
Di kelas X-3
“udah ngerjain PR?” Tanya
Mira.
“udah kok…” jawabku “Mir,
kamu sehat? Kok pucat sih?”
“Gak apa2, Cuma flu doang
kok” jawab Mira.
‘Mira ada apa?’ batinku.
“selamat pagi anak-anak”
sapa pak woli, guru bhs inggris dan juga wali kelas kami.
“selamat pagi pak” jawab
anak-anak.
“kita absen dulu, siapa yg
tidak masuk?” Tanya pak woli.
“Mira, pak” jawab
anak-anak.
‘loh, mira kan masuk…’
batinku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengangkat tangan “pak, tadi Mira
ada di si…” ucapku terpotong melihat Mira yg tak ada di bangkunya “…ni”
“Sora jangan mengigau deh”
seru Ami “Mira dari tadi tidak ada disini tau”
“tapi ia tadi ada disini…
disampingku…” seruku sambil menunjuk bangku Mira.
“mungkin kau salah lihat…
dari tadi Mira tidak ada” ujar sato.
‘loh, tadi mira ada
disini… tapi kok hilang?’ batinku.
Jam istirahat
“sora,
sepertinya kau kurang sehat… lebih baik kau ke uks saja” saran yuki, seksi
kesehatan di kelasku.
“tidak
apa2 yuki, aku baik2 saja” ucapku.
“baiklah,
tapi jika kau merasa tidak enak badan ke uks saja, hari ini giliranku jaga di
uks” jelasnya.
“oke…”
Aku
berjalan-jalan di koridor sambil bertanya dalam hati ‘Mira mana ya?’ dari jauh
aku melihat seseorang yg ku kenal. MIRA!
“Sora!
Maaf ya, tadi aku ke uks… aku gak kuat liat pak woli, kacamatanya silau…” jelas
Mira.
“ya
udah, gak apa2… tapi lain kali bilang ke aku dulu, oke!” seruku.
“sip… ke
belakang sekolah, yuk…” ajak Mira.
“ayo…”
Di belakang sekolah
“Sora…”
panggil Mira
“ya?”
jawabku.
“aku
ingin bilang sesuatu” ucapnya.
“silahkan…”
izinku.
“nanti,
aku akan pulang lebih awal, aku ada urusan, dan aku akan di jemput di atap
sekolah” jelas Mira “dan… aku tak akan kembali”
“loh?
Kenapa? Urusan apa? Kenapa kau tak akan kembali?” tanyaku bertubi-tubi pada
Mira. Ia hanya tersenyum kepadaku, hal yg selalu menmbuatku jadi semakin ingin
tau.
“lebih
baik kau ke kelas sekarang” saran Mira.
“kau
juga kan?” heranku.
“aku
harus kembali ke uks, masih ada pak woli kan? Aku tak kuat melihat kacamatanya”
jelas Mira.
“bohong!
Pasti ada masalah lain! Ayolah Mira, katakan padaku…” seruku.
“aku
harus mempersiapkan hal yg kubutuhkan nanti” jelas Mira.
“aku
harus ikut!” bentakku.
“tidak
bisa Sora, kesempatanmu masih banyak, kau tinggal menunggu saja…” ucap Mira
menampakkan kebijakannya.
“tapi
kapan?” tanyaku.
“nanti
ada waktunya… lagi pula tidak ada yg tau kapan…” tambahnya sambil membersihkan
roknya. Aku hanya bisa terdiam mendengar mira mengatakan hal itu ‘nanti ada
waktunya… lagi pula tak ada yg tau kapan…’ apa maksud perkataan itu? Aku heran
dengan sifat Mira hari ini, tak seperti biasanya. Aku menatap mata Mira, aku
tau ia sedang dalam masalah yg menyangkut hidup-matinya.
TENG TENG TENG….
“Mira,
aku duluan ya…” ucapku pada Mira sambil melambaikan tangan padanya.
“iya…”
balasnya sambil membalas lambaian tanganku.
Di kelas X-3
“Sora…
gawat!” seru Sani.
“ada
apa?” heranku melihat Sani yg berlari kearahku.
“Mira…
Mira… kemarin malam… ia kecelakaan di terowongan Murukawa(tak benar ada di
jepang)
“kau
bercanda?” tanyaku kaget.
“aku tak
bercanda, tadi pak woli di telpon oleh ibunya… katanya Mira dalam keadaan koma,
tapi dokter berkata tak ada kemungkinan hidup bagi Mira, karna organnya rusak…
katanya siang ini ada kemungkinan ia akan meninggal…” jelas Sani.
“kau
benar2 serius kan?” tanyaku sekali lagi. Sani hanya mengancungkan kedua jarinya
kepadaku yg berarti ia benar2 serius.
‘Mira…’
batinku “Sani, tolong tinggalkan aku sendiri…” pintaku.
“baiklah…”
‘ternyata itu yg kau maksud, Mira… kenapa kau tak jujur
padaku?’ ujarku membatin sambil melirik jam tangan dan kulihat pak woli sedang
berjalan kearah kelas.
“anak-anak… bapak mendapatkan kabar
bahwa teman kita, Mira, sudah tiada… ia mengalami kecelakaan tadi malam, kita
doakan semoga ia tenang di alam sana” ucap pak woli.
Aku mengangkat tangan dan meminta
izin kepada pak woli “pak, saya minta izin sebentar”
Di
atas gedung sekolah
“MIRA!” jeritku melihat Mira yg berdiri
dan memandang tanpa arah “MIRA! Dengarkan aku, aku tau apa yg kau maksud… aku…
aku akan selalu mengingatmu… kau sahabat terbaikku…”
“terima kasih Sora… tapi, aku punya
satu permintaan” ujarnya.
“ya… silahkan”
“tersenyumlah Sora… tugasku terakhir
adalah melihatmu tersenyum…” jelasnya.
Aku tersenyum mendengar permintaan
Mira “kembalilah mira… istirahatlah dengan tenang…”
Perlahan-lahan tubuh Mira menghilang
dari pandanganku dan air mataku mengalir.
Di
makam Mira.
Aku membawa rangkaian bunga yg baru
ku beli tadi, setelah pulang sekolah, memakai baju berwarna hitam pekat, dan
berjalan kea rah makam sahabatku.
Aku meletakkan rangkaian bunga di
depan nisan yg bertuliskan namanya “Mira, kau lah sahabat terbaikku… perpisahan
kita memang membuatku sedih, tapi aku harus merelakan kepergianmu agar kau
tenang di alam sana… dan… jangan lupakan aku ya…”
“aku tak akan melupakanmu…” jawab (arwah)Mira.
Aku melihat di sampingku sosok mira yg tersenyum padaku, lalu ia kembali ke
alamnya.
~~~THE
END~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar