Jumat, 23 September 2011

BFUD -Best Friend Until Die-


“pagi kak…” sapaku, sora mizuki atau yg lebih sering di kenal sora atau mizu.
            “pagi… sarapan dulu gih!” perintah kakakku, Yuri mizuki (yui)
            “ibu mana kak?” tanyaku sambil mengambil roti tawar dan selai coklat di meja.
            “ya kerja lah… emangnya mau kemana?” jawab kak yui jutek.
            “hih… biasa aja kali” seruku sambil memakai sepatu rodaku “yuri mizuki… sora mizuki mau berangkat ke sekolah dulu ya… bye… bye…”
            Kak yui hanya mendengus kesal mendengar aku mengucapkan.

Di SMA Aika
            ‘Mira’ seruku membatin saat melihat sosok karibku di depan gerbang sekolah. Mira melambaikan tangan padaku, dan ku balas.
            “Ayo, cepat!” ajak Mira. Aku mengagguk menandakan setuju.

Di kelas X-3
            “udah ngerjain PR?” Tanya Mira.
            “udah kok…” jawabku “Mir, kamu sehat? Kok pucat sih?”
            “Gak apa2, Cuma flu doang kok” jawab Mira.
            ‘Mira ada apa?’ batinku.
            “selamat pagi anak-anak” sapa pak woli, guru bhs inggris dan juga wali kelas kami.
            “selamat pagi pak” jawab anak-anak.
            “kita absen dulu, siapa yg tidak masuk?” Tanya pak woli.
            “Mira, pak” jawab anak-anak.
            ‘loh, mira kan masuk…’ batinku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengangkat tangan “pak, tadi Mira ada di si…” ucapku terpotong melihat Mira yg tak ada di bangkunya “…ni”
            “Sora jangan mengigau deh” seru Ami “Mira dari tadi tidak ada disini tau”
            “tapi ia tadi ada disini… disampingku…” seruku sambil menunjuk bangku Mira.
            “mungkin kau salah lihat… dari tadi Mira tidak ada” ujar sato.
            ‘loh, tadi mira ada disini… tapi kok hilang?’ batinku.

Jam istirahat
            “sora, sepertinya kau kurang sehat… lebih baik kau ke uks saja” saran yuki, seksi kesehatan di kelasku.
            “tidak apa2 yuki, aku baik2 saja” ucapku.
            “baiklah, tapi jika kau merasa tidak enak badan ke uks saja, hari ini giliranku jaga di uks” jelasnya.
            “oke…”
            Aku berjalan-jalan di koridor sambil bertanya dalam hati ‘Mira mana ya?’ dari jauh aku melihat seseorang yg ku kenal. MIRA!
            “Sora! Maaf ya, tadi aku ke uks… aku gak kuat liat pak woli, kacamatanya silau…” jelas Mira.
            “ya udah, gak apa2… tapi lain kali bilang ke aku dulu, oke!” seruku.
            “sip… ke belakang sekolah, yuk…” ajak Mira.
            “ayo…”

Di belakang sekolah
            “Sora…” panggil Mira
            “ya?” jawabku.
            “aku ingin bilang sesuatu” ucapnya.
            “silahkan…” izinku.
            “nanti, aku akan pulang lebih awal, aku ada urusan, dan aku akan di jemput di atap sekolah” jelas Mira “dan… aku tak akan kembali”
            “loh? Kenapa? Urusan apa? Kenapa kau tak akan kembali?” tanyaku bertubi-tubi pada Mira. Ia hanya tersenyum kepadaku, hal yg selalu menmbuatku jadi semakin ingin tau.
            “lebih baik kau ke kelas sekarang” saran Mira.
            “kau juga kan?” heranku.
            “aku harus kembali ke uks, masih ada pak woli kan? Aku tak kuat melihat kacamatanya” jelas Mira.
            “bohong! Pasti ada masalah lain! Ayolah Mira, katakan padaku…” seruku.
            “aku harus mempersiapkan hal yg kubutuhkan nanti” jelas Mira.
            “aku harus ikut!” bentakku.
            “tidak bisa Sora, kesempatanmu masih banyak, kau tinggal menunggu saja…” ucap Mira menampakkan kebijakannya.
            “tapi kapan?” tanyaku.
            “nanti ada waktunya… lagi pula tidak ada yg tau kapan…” tambahnya sambil membersihkan roknya. Aku hanya bisa terdiam mendengar mira mengatakan hal itu ‘nanti ada waktunya… lagi pula tak ada yg tau kapan…’ apa maksud perkataan itu? Aku heran dengan sifat Mira hari ini, tak seperti biasanya. Aku menatap mata Mira, aku tau ia sedang dalam masalah yg menyangkut hidup-matinya.
TENG TENG TENG….
            “Mira, aku duluan ya…” ucapku pada Mira sambil melambaikan tangan padanya.
            “iya…” balasnya sambil membalas lambaian tanganku.

Di kelas X-3
            “Sora… gawat!” seru Sani.
            “ada apa?” heranku melihat Sani yg berlari kearahku.
            “Mira… Mira… kemarin malam… ia kecelakaan di terowongan Murukawa(tak benar ada di jepang)
            “kau bercanda?” tanyaku kaget.
            “aku tak bercanda, tadi pak woli di telpon oleh ibunya… katanya Mira dalam keadaan koma, tapi dokter berkata tak ada kemungkinan hidup bagi Mira, karna organnya rusak… katanya siang ini ada kemungkinan ia akan meninggal…” jelas Sani.
            “kau benar2 serius kan?” tanyaku sekali lagi. Sani hanya mengancungkan kedua jarinya kepadaku yg berarti ia benar2 serius.
            ‘Mira…’ batinku “Sani, tolong tinggalkan aku sendiri…” pintaku.
            “baiklah…”
            ‘ternyata itu yg kau maksud, Mira… kenapa kau tak jujur padaku?’ ujarku membatin sambil melirik jam tangan dan kulihat pak woli sedang berjalan kearah kelas.
            “anak-anak… bapak mendapatkan kabar bahwa teman kita, Mira, sudah tiada… ia mengalami kecelakaan tadi malam, kita doakan semoga ia tenang di alam sana” ucap pak woli.
            Aku mengangkat tangan dan meminta izin kepada pak woli “pak, saya minta izin sebentar”

Di atas gedung sekolah
            “MIRA!” jeritku melihat Mira yg berdiri dan memandang tanpa arah “MIRA! Dengarkan aku, aku tau apa yg kau maksud… aku… aku akan selalu mengingatmu… kau sahabat terbaikku…”
            “terima kasih Sora… tapi, aku punya satu permintaan” ujarnya.
            “ya… silahkan”
            “tersenyumlah Sora… tugasku terakhir adalah melihatmu tersenyum…” jelasnya.
            Aku tersenyum mendengar permintaan Mira “kembalilah mira… istirahatlah dengan tenang…”
            Perlahan-lahan tubuh Mira menghilang dari pandanganku dan air mataku mengalir.

Di makam Mira.
            Aku membawa rangkaian bunga yg baru ku beli tadi, setelah pulang sekolah, memakai baju berwarna hitam pekat, dan berjalan kea rah makam sahabatku.
            Aku meletakkan rangkaian bunga di depan nisan yg bertuliskan namanya “Mira, kau lah sahabat terbaikku… perpisahan kita memang membuatku sedih, tapi aku harus merelakan kepergianmu agar kau tenang di alam sana… dan… jangan lupakan aku ya…”
            “aku tak akan melupakanmu…” jawab (arwah)Mira. Aku melihat di sampingku sosok mira yg tersenyum padaku, lalu ia kembali ke alamnya.

~~~THE END~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar