Sabtu, 24 September 2011

I LIVE IN WONDERLAND



Perkenalkan namaku Alisa, aku adalah satu dari sekian banyak manusia yg terjebak di dunia tanpa akhir-wonderland. Awalnya aku hanya bermimpi aku bisa hidup tenang dimana aku tidak mendapat segala macam ceramah dari orang tuaku yg isinya itu-itu saja, bahkan aku pernah saat ibuku memarahiku karna aku tak mau belajar sore itu aku menggunakan headset-ku, lalu kunyalakan music bervolume 8 dari ponselku. Saking kesalnya, aku pernah adu mulut dengan ibuku saat makan malam. Isinya menyangkut masalah sekolahku, masa depanku, dan karirku. Bagaimana aku tidak muak? Makan malam yg harusnya sempurna merayakan kelulusanku dari universitas kebanggaanku karna hampir semua nilaiku sempurna, kecuali Ekonomi dan matematika. Ibuku selalu ingin aku menjadi wanita bisnis seperti dirinya. Spontan dengan aura marah dan wajah mendengus kesal ku gebrak meja makan dan mengurung diri di kamar, kukunci pintu dan kututup jendela, aku bertekad hanya akan keluar saat amarahku telah reda.
Lambat laun, aku tertidur di kasurku yang lumayan empuk. Tapi sesaat sebelum aku tidur, aku menyempatkan diri membuka ALICE COMMUNITY. Awalnya aku mengira itu hanya kerjaan orang iseng belaka, menciptakan web yg membuat orang mau bercerita pada web itu se-perti berkata sendiri-tak ada jawaban, kritik, ataupun saran. Tapi aku segera menarik ucapanku saat aku tertidur dan bermimpi di sebuah negri damai dan tentram. Di situ aku berpakaian ala ALICE IN WONDERLAND tapi dengan warna kesukaanku, hijau. Aku berjalan tak tentu arah, mencoba untuk sadar lagi dari mimpi yg makin seram ini, karna semua penghuninya melihatku dengan tatapan siap membunuh, aku berlari kehutan dimana aku melihat segerombolan orang yg berpakaian persis denganku tapi yg laki-laki tampak bagaikan prajurit.
“excuse me, what language I can use here?” tanyaku memulai pembicaraan.
Seorang gadis menjawab dengan antusias “you can use what language you want, you can speak bahasa Indonesia denganku, English with laila, France with George, Arabic with abdul, and many more”.
“ thank you, maaf membuat repot. Boleh kenalan gak? Namaku Alisa” ucapku sambil mengulurkan tangan.
“ namaku Santi. saya asli Indonesia. Lebih tepatnya padang” seru santi, sambil meraih tanganku.
Setelah berbincang-bincang dengan Santi yg juga mempunyai pengalaman yg sama di wonderland ini, santi terjebak disini karna ia kesal dengan saudaranya yg tinggal di Australia dan pamer kekayaan padanya. Santi sampai muak dan mengancam tak akan mau berkirim surat, bertegur sapa, ngobrol, dll dengan saudaranya itu. Sampai akhirnya ia buka ALICE COMMUNITY dan terperangkap di wonderland ini.
“masalahku sebenarnya sangat sepele, hanya karna bertengkar dengan saudaraku lewat sebuah surat, ia memang sangat sombong. Sejak kecil aku tidak pernah menyukai sikapnya”Ucap santi panjang lebar.
Melihat masalahku lebih ringan daripada santi, aku merasa gengsi untuk mencerita-kannya. “sebenernya masalahku tak begitu penting, tapi bagiku ini memuakkan. Lebih dari 5 hari berturut-turut saat aku lulus kuliah ibuku sering memarahiku masalah nilai ekonomi dan matematika-ku sangat rendah dari standar, padahal percuma ia memarahiku, nilai di ijazahku tak akan berubah. Dan aku sampai adu mulut dengan ibuku, aku sempat kesal, padahal awalnya aku telah berpikir ibuku benar akan membuat acara makan malam yg sepesial untuk merayakan kelulusanku, tapi akhirnya ricuh.  Aku mengurung diri dikamar selama 4 hari 4 malam. Aku tak mau keluar meskipun ibu mengancamku dengan segala kata, sampai aku membuka komputerku dan membuka ALICE COMMUNITY dan tertidur, alhasil alu ada disini. Mau bangun dari mimpi ini saja tidak bisa” keluhku.
Entah kenapa aku merasakan aura berharga didiri Santi, seperti aura persahabatan yg akan kekal.
Sore ini Santi mengajakku ke tempat yg lumayan bagus di wonderland dan berjanji akan memperlihatkan aku tempat tulang belulang korban dari wonderland.
“kita mau kemana Santi?” tanyaku.
“aku sudah bilang kemarin kan?” Tanya Sinta memastikan ingatanku baik-baik saja.
“tapi aku kurang yakin dengan tawaranmu…” ucapku agak ragu.
“kita akan melewati wilayah yg diketahui oleh orang wonderland”  jelas Santi.
Kali ini aku hampir berhasil ia rayu untuk ikut menemaninya. Dalam benakku masih bertanya ‘ini mimpi atau bukan sih?’.
“sampai…” seru Santi.
“ini apa? Kenapa seram sekali?” tanyaku bergidik.
“ini yg kuceritakan semalam… tempat ini pembuangan tulang para penghuni wonderland atau para pendatang seperti kita” jelas Santi.
“kenapa kau mengajakku kesini?” tanyaku terheran-heran.
“pertanyaan mengerikan dari mulut seorang gadis belia seperti kau....” lirihnya.
“apa maksudmu?” tanyaku makin heran.
“apa maksudku?” Tanya Santi berbalik kepadaku.
“hei… tak baik bertanya balik saat seseorang bertanya kepadamu!” bentakku.
“apa aku akan peduli?” Tanya Sinta. Nadanya yg semakin sinis membuatku makin jengkel.
“ku anggap jawabanmu ‘TIDAK’… kukira kau anak baik-baik… rupanya seperti ini…” gertakku, amarahku melunjak, meyakinkan aku tak akan pernah memaafkan kata-kata tadi.
“heh, kau kira aku siapa? Akulah orang yg melatar belakangi wonderland… aku mengumpulkan orang-orang lewat ALICE COMMUNITY untuk membantuku merebut kembali tahta tertinggi di wonderland ini…” jelasnya. “tengkorak ini di buang oleh orang yg memegang tahta tertinggi di wonderland ini… aku harus merebutnya… kalau tidak, kalian semua akan kekal abadi di dalam mimpi ini…”
“jadi, aku harus membantumu?” tanyaku gugup.
“tolong aku, bantu aku mengatur wonderland ini… bantu aku menghilangkan awan hitam di atas kepala kita ini…” lirih Santi.
“tapi apa yg harus aku perbuat? Aku tak tau apa-apa tentang wonderland ini…” tanyaku pada Santi yg tampak lesu.
Aku merangkulnya tanpa beban sedikipun dihatiku, ingin aku membantunya dengan hati ikhlas.
“aku akan bantu…” seruku dengan sepenuh hati.
“begini rencananya…” bisik Santi.
Esoknya aku dan Santi mempersiapkan alat-alat yg akan kami gunakan untuk mengelabui sang ratu dunia wonderland, Sinta, bayangan dari Santi. Jika Santi masuk ke perkampungan, beberapa penduduk menyembahnya.
“jubah abu-abu” seruku.
“siap” jawab Santi.
“buah beracun”
“yoi, siap”
“palu”
“siap”
“semuanya komplit?”
“sip… ayo ke kota…” ajak Santi.
“para penghuni buangan lainnya hanya dapat berdoa memohon agar rencana kita berhasil.
“we will pray for your plan, Alisa and Santi” ucap Laila.
Bonne chance, un ami(semoga berhasil, teman)” ucap George.
Merci beaucoup, George(terima kasih george)” balas Santi.
“de rien(sama-sama)” jawab george.
私はあなたのためなら何でもすることはできませんが、安全に返送するための私は祈るだろ(aku tak bisa berbuat apa-apa untuk kalian, tapi aku akan mendoakan kalian agar kembali dengan selamat)”ucap Yui.
“thank you friend, we will try to deliver you all” ucapku.
Aku dan Santi segera mengenakan jubah abu-abu yg telah kami siapkan tadi pagi, segera kami melangkah keluar dari hutan tempat persembunyian kami selama ini.
Sinar matahari menyinari mata kami yg sudah lama tidak bertemu Mr. Sun ini.
“excuse me, I want to asked, which the road to the castle?” tanya Santi dengan nada agak halus pada pemuda yg sedang membantu ibunya berjualan.
road to the castle? owh come on follow me ...” ajak sang pemuda.
“thank you” balas Santi.
“hei Santi, kau yakin dengan orang ini? Auranya tidak enak…” bisikku.
“tenang, aku bisa mengatasinya” jawab Santi.
“here, I just can lead you until here… umh… before you go, I wanna ask something” seru sang pemuda.
Jantungku berdegup kencang saatsang pemuda berkata seperti itu.
“tenang, ia tidak akan bertanya macam-macam…” bisik Santi.
“what the content of your bag, that look heavy?” tanya sang pemuda.
“umh… this, I brught the cosmetic that use natural ingredients” jelas Santi sambil mengeluarkan alat kosmetik gadungan yg telah kami buat susah payah semalam.
“can I have one for my mom?” pinta sang pemuda.
“sorry, I can’t give this cosmetic to you. This cosmetics just for queen” tolak Santi.
tanpa ba-bi-bu dengan si pemuda, kami segera menaiki bukit dan menuju kastil.
Kastil yg tampak seperti yg ada di disney land singapore ini sangat megah.
“what you want?” tanya sang penjaga tegas.
“there’s no matter with you, this our dealing with the queen” seru Santi tak kalah tegas.
“okay… okay… you can go inside, go to the waiter and say you want to speak with queen” ucap penjaga mengalah pada kami.
Kami melangkah masuk kedalam dan segera menemui pelayan.
“Désolé, que puis-je faire pour vous deux(maaf, apa yg bisa saya lakukan untuk kalian berdua)?” tanya si pelayan.
Nous voulons rencontrer la reine, peut?(kami ingin bertemu dengan ratu, bolehkah?)” jawab Santi.
déjà pris rendez-vous(sudah buat janji)? tanya si pelayan lagi.
Désolé mais ce n'est un impromptu(maaf tapi ini dadakan)” jawab Santi lagi.
attendez une minute, je rendrai compte à la reine(tunggu sebentar, saya akan lapor pada ratu)” ucapnya.
Merci beaucoup(terima kasih banyak)” ujarku. Hanya kata itu yg aku tau dari bahasa perancis.
Setelah beberapa saat kami menunggu akhirnya sang pelayan kembali.
s'il vous plaît, la reine a permis(silahkan, ratu telah mengizinkan)” seru sang pelayan sambil membungkuk.
Merci beaucoup encore une fois(terima kasih banyak sekali lagi)” ucap Santi.
“de rien(sama-sama)”
Saat kami berjalan memasuki istana, hanya pengawal dan pelayan tadi saja yg menjaga kastil(saking takutnya warga untuk merampok kastil ini).
Jantungku tak bisa berhenti berdegup kencang, bahkan semakin kami dekat dengan pintu ruangan sang ratu, jantungku makin tak karuan.
“Santi, aku takut” bisikku.
“tenangkan hatimu, by the way kamu bawa Kristal itu kan?” Tanya Santi.
“tenang, aku bawa…” jawabku sambil mengeluarkan sebuah berlian dari kantongku.
“great…” ujar Santi.
semakin dekat kami dengan pintu sang ratu. Semakin risih hatiku, ingin aku lari dari tempat ini, pasrah di mimpi ini selamanya atau aku tetap melangkah maju menuju sang ratu membantu Santi mengambil alih tahtanya kembali. Akhirnya aku memberanikan diri untuk tetap melangkah maju agar bisa kembali ke duniaku yg sebenarnya.
“ayo Alisa, jangan menjadi anak ingusan lagi… kau telah bergelar S1” seru hatiku.
“ayo Alisa, siapkan nyalimu!” seru Santi.
Aku menghela nafas mencoba tetap menjalani takdir ini.
“excuse me…” ucap Santi.
“masuk!” jawab yg di dalam.
“Santi…” lirihku pelan.
“sabarlah sedikit… serahkan semua kepada tuhan” bisik Santi.
Aku dan Santi melangkah maju ke dalam ruangan yg serba merah ini.
“apa yg kalian inginkan?” bentak seorang wanita yg sedang duduk di singgasananya tapi menghadap punggung, seperti tak ingin bertemu dengan kami.
“kami ingin mempromosikan barang ini… kami sendiri yg telah meraciknya, kami membuatnya dengan bahan-bahan alami” jelasku lancer layaknya telah mempersiapkan kata-kata tersebut.
Ia segera berbalik dan menghadap kami. ‘Ya tuhan… cantiknya…’ batinku. Tak kalah jauh dari Santi, tapi konon katanya Ia sangat jahat, sampai-sampai ia sering membunuh warganya sendiri atau alice yg datang dari ALICE COMMUNITY seperti aku.
“kalian bukan penipu kan?” tanyanya.
“kami bukan penipu tapi kami adalah pengebara untuk mempromosikan kosmetik dan obat alami kami” jelasku(lagi).
“akan ku coba” ujarnya.
Santi berjalan menunduk dengan membawa salah satu kosmetik untuk di berikan kepada ratu.
“kenapa kau menunduk?” tanyanya agak kesal.
“ini kebiasaan turun temurun dari keluarga saya, kami tidak boleh menampakkan wajah kami kepada yg berkuasa di daerah setempat” jelas Santi.
“santi, kau bohong kan…” lirihku dalam hati.
“SANTI… berani-beraninya kau datang kesini!!” gertak ratu Sinta.
“huh… akhirnya penyamaranku ketahuan…” seru Santi.
“percuma kau menyamar, suaramu itu… santi… kenapa kau selalu ingin merebut tahtaku???” seru Sinta.
“aku tidak ingin merebut, aku hanya ingin mengambil kembali hak milikku… akulah yg seharusnya menjadi ratu abadi dunia ini!!!” bentak Santi tak mau kalah.
“kau jahat Santi!!! Aku ini adalah penggantimu, akulah bayanganmu….” Lirih Sinta dengan nada kesal.
“tapi yg tlah kau perbuat ini menjadi masalah… semua orang yg datang melalui ALICE COMMUNITY harusnya bahagia disini… ini mimpi sempurna mereka, dan harusnya mereka tak terkurung selamanya disini… mereka harus kembali” jelas Santi “sekarang, kembalilah kau ke bola kristalmu”
“tidak mau!!!” jerit Sinta.
“Sinta, aku mohon… kau tak mau kan lihat rakyatmu sengsara?” Tanya Santi.
“tidak…” jawab Sinta lirih, air matanya kini membasahi pipinya.
“maka itu, ayo kembali…” pinta Santi dengan nada penyayang seperti seorang ibu.
“aku janji aku tak akan menggangumu lagi” janji Sinta.
“terima kasih”
Sinta pun masuk ke bola Kristal berwarna biru air itu, ia bagaikan malaikat yg hanya ingin kebebasan dan tak ingin di kurung di bola tak berpemilik(sebenernya punya Santi)
“Santi, apa ini tak masalah?” tanyaku.
“tidak… Alisa, terima kasih telah membantuku, padahal selain dirimu tak ada orang lain yg mau membantuku” jelas Santi.
“[tersenyum] harusnya aku yg berterima kasih karna kau telah berusaha untuk memulangkan aku dan yg lain” balasku.
Santi seketika di kelilingi oleh cahaya yg sangat silau lalu tiba-tiba ia mengenakan baju layaknya seorang ratu, tak beda jauh dengan baju Sinta, hanya berbeda aksesoris dan warna.
“Santi, boleh aku bertanya? Bagaimana caranya aku pulang?” tanyaku.
“pejamkan matamu… ikuti aku… terima kasih telah memberiku pengalaman berharga di dunia ini”
“terima kasih telah memberiku pengalaman berharga di dunia ini”
“aku menikmati waktu-waktu yg berharga ini”
“aku menikmati waktu-waktu yg berharga ini”
“sekarang aku akan kembali”
“sekarang aku akan kembali”
“ke dunia dimana aku berasal”
“ke dunia dimana aku berasal”
“buka matamu, sekali lagi terima kasih Alisa” ucap Santi sambil menaburi aku serbuk yg sangat berkilauan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“ah…” ucapku lirih sambil melihat sekitar “aku sudah pulang… yeay…”
Aku membuka pintu kamarku dan berlari keluar.
“aku telah kembali…” seruku pada adikku yg sedang main PS.
“apaan sih kak? Gak jelas dah” ucap adikku sewot.
“eh, ibu mana?” tanyaku.
“ya kerja lah… emangnya kemana lagi?” jawab adikku agak cuek-cuek-bebek.
“hih… slow aja kali mas” seruku sambil menoyol kepala adikku.
“ah kakak ganggu aja nih” ujar adikku.
“biarin, biar kalah tuh maennya[senyum licik]” balasku.
“tuh kan, kakak sih… jadinya kalah tuh” teriak adikku(untungnya gak ada orang laen di rumah).
“[melet] syukurin” ejekku.
“KAKAK!!!” jerit adikku.
“udah ah, maen lagi!” bentakku.
Adikku hanya cemberut menatap layar televisi.
Aku segera kembali masuk ke kamarku dan menyalakan layar monitor.
“terima kasih telah memberikanku pengalaman di dunia ini, aku menikmati waktu-waktu yg berharga ini, sekarang aku harus kembali ke dunia dimana aku berasal” aku mulai mengetik kata-kata perpisahan dari Santi saat aku akan kembali ke dunia ini di ALICE COMMUNITY, lalu di layar monitor tertera tulisan(mirip dengan tulisan Santi)

. . . THANK YOU FOR ENJOY THIS DREAM . . .

~~~THE END~~~



Ps : cerita ini hanya fiksi belaka, kesamaan nama tokoh dan tempat merupakan ketidak sengajaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar